Aku bukan penderita aslam, maag, gerd atau apapun itu. Tapi suamiku yang mengalaminya.
Awal-awal suami mulai terkena aslam aku pikir cuma maag biasa, apalagi dia memang suka pedas dan sering telat makan. Makin lama sensasi aslam nya makin aneh menurutku. Emang ada ya penyakit yang rasa sakitnya seperti itu, sampai kayak mau mati katanya, pikirannya yang aneh-aneh.
Saya ga percaya, itu pasti suamiku mengada-ada biar lebih aku perhatiin. Tapi gak mungkin lha wong tiap malem dia pergi ke UGD, pulang-pulang tangannya udah bekas disuntik, dan itu terjadi setiap malam. Tiap hari kita berantem karena penyakit unik ini. Rasanya rumah tanggaku diambang kehancuran.
Di satu sisi aku ga percaya, disisi lain percaya karena tidak mungkin dia akting karena dia ga pandai bohong.
O iya saya ibu rumah tangga dengan 3 anak balita.
Awal suami kena gerd ketika anak saya yang nomor dua usia 3 bulan. Setelah beberapa bulan bolak-balik masuk UGD, injeksi sana sini, saya dapat kabar yang entah saya harus senang atau sedih. Senangnya saya dikasih kepercayaan sama Allah untuk punya baby lagi, sedihnya anak saya yang kedua masih umur 5 bulan ditambah lagi aslam suami makin menjadi-jadi.
Alhasil mulai dari saya hamil sampai anak saya yang nomor 3 lahir penuh dengan perjuangan. Ketika perut semakin membesar, sambil gendong anak yang nomor 2 saya bolak-balik ke RS karena suami rawat inap. Yang paling tidak terlupakan adalah ketika anak saya usia 40 hari suami masuk UGD karena tiba-tiba pingsan dan harus dirawat selama 1 minggu, masya Allah... indahnya Allah SWT memberi cobaan pada hambaNya.
Sudah tidak terhitung berapa kali suami rawat inap,hampir semua RS di tabanan Bali.
Sejak kejadian itu akhirnya saya dan suami bertekad tidak akan minum obat dokter lagi, mungkin obat dokter tidak cocok untuk tubuh suami karena tidak ada perubahan. Akhirnya mencoba berbagai obat herbal, mulai dari magavit hpai, oriflakes, madu tripang kunyit, jus lidah buaya, air mengkudu, daun binahong, umbi garut, gambir, cuka apel.... (aduh masih banyak lagi saya sampai lupa) tetep hasilnya nihil.
Akhirnya kita putuskan untuk pergi ke dokter hypnoterapi yang sekali kunjungan diterapi selama 3 jam dengan biaya 1 juta, wadidaw.... Pikir saya it's ok asal suami sembuh.
Akhirnya sampailah saya dan suami ke tempat hypnoterapy (setelah menunggu selama 3 jam lebih dan saya tidak diizinkan masuk karena alasan privasi), kesimpulannya hanya satu yaitu stress yang berlebihan. Dokter menyarankan untuk membeli buku yang berjudul "Quantum Life Transformation".
Bagi saya yang normal mungkin buku tersebut sangat bagus isinya dan memotivasi, tapi bagi suami hanya dipakai buat bantal tidur, sama sekali ga masuk ke otaknya. Dia lebih suka nonton youtube tentang gerd anxiety, terutama video-video nya youtuber xxxxxx (maaf sensor). Searching di google tentang obat aslam, dengerin musik-musik yang dia suka, memutar ayat-ayat suci Al-qur'an sampai nonton video lawak yang lucu. Ada perubahan? Nihil....
Benar kata teman saya yang juga anggota group ini, Mas yyyyy(sensor) yang alhamdulillah sudah membaik keadaanya. Semakin kita pikirkan penyakit ini, semakin kita ingin sembuh, maka semakin menempel penyakit itu, kuncinya hanya santai, rileks dan melupakan kalau kita sedang mengalami gerd.
Mungkin penderita gerd hal itu susah dilakukan,iya.... saya memang bisanya ngomong aja karena belum pernah ngalamin yang mereka rasakan. Akhirnya kita pergi ke ustadz untuk ruqyah, kata orang penyakit aslam itu ada unsur non medisnya. GAGAL. Suami tidak ada reaksi apa-apa.
Kita coba cara yang terakhir, yang paling tidak ingin saya lakukan, pergi ke orang pintar (mungkin kuliahnya udah S3), menurut orang pintar itu suami saya diguna-guna, disantet oleh orang-orang yang tidak suka. Sekali lagi saya amat sangat menyesal dengan keputusan pergi ke orang itu yang hanya bisa nyalahin orang tanpa memberi solusi (ga usah diceritain lah part ini).
Finally, saat itu tanpa minum obat dokter ataupun obat herbal, setiap hari suami hanya mendengar omelan saya untuk melawan, melawan dan melawan penyakitnya, demi anak-anak, demi cicilan-cicilan dan demi saya tentunya, namun apa yang terjadi saudara-saudara?????
Puncaknya, tanggal 6 november 2019, suami saya tiba-tiba pingsan, masuk ICU 2 hari sebelum akhirnya dioperasi karena penggumpalan darah di otak, faktor stress yang berlebihan kata dokternya (jangan takut teman-teman, selain faktor stres, memang pembuluh darah di otak suami saya ada kelainan).
Untungnya saat itu kita pakai BPJS. Setelah 4 jam operasi akhirnya suami sadar, dan alhamdulillahnya operasinya sukses. Awal-awal omongannya ngelantur dan tidak ingat dengan anak saya yang paling kecil, tapi kata dokter itu biasa karena efek operasi, lama-lama akan normal. Saat itu saya berfikir, Ya Allah sebegitu tertekannya kah dia menikah dengan saya sampai bisa seperti ini?
Satu bulan pasca operasi kita mulai lagi dari nol. Sekarang suami banyak menghabiskan waktu dengan saya dan anak-anak, yang dulunya workaholic mulai membatasi pekerjaan, mencari kesibukan dan rajin berolahraga kecil.
Walaupun belum sembuh total alhamdulillah sudah bisa makan rendang dan sambal belacan, makanan kesukaannya karena dia memang orang medan. Udah stop obat dokter dan herbal, hanya minum rebusan daun jambu, karena katanya dingin di perutnya.
Satu yang saya petik dari pengalaman ini, dukungan keluarga sangat penting terutama pasangan. Nggak usah jauh-jauh cari obat aslam, obatnya ada pada diri penderita sendiri. Mengelola stres dengan baik, mendekatkan diri pada Allah dan lebih menghargai diri sendiri dan keluarga, gak usah dengerin omongan sana sini. Jangan sampai ada yang seperti kami alami, tidak hanya menguras tenaga, uang dan emosi, tapi juga mengorbankan waktu bersama anak-anak. Mudah-mudahan semua anggota disini bisa membaik dengan segera.Amin....1000X
Happy weekend.
No comments:
Post a Comment