Friday, September 14, 2018

Motivasi Penderita Asam lambung Ikhlas & Berdamai dengan diri Sendiri


Maaf kalau aku sedikit nyerocos di sini (lagi), ijinkan aku berbagi ilmu dan tips dari kawanku dengan kalian. Mungkin bisa membantu sedikit. Tentang apa yang sedang kalian rasakan. Yang selama ini mungkin aku gak tahu dengan pasti dan jelas.

Cekidot...

Semua gejala fisik (sakit kepala, badan panas, demam, asam lambung) maupun bentuk-bentuk pikiran/ingatan buruk yang timbul terus-menerus itu sebenarnya cara otak kita memberi tahu kalau daya tampungnya sudah ga memungkinkan untuk menumpuk masalah/emosi negatif.

Perlu ada yang diselesaikan, melalui pemecahan masalah yang praktis/perilaku, atau pemecahan dengan cara mengevaluasi pemikiran dan perasaannya selama ini. Artinya, memang perlu ketemu sama orang-orang yang tepat. Kalau ngga, takutnya nanti sembuhnya semakin lama atau bisa jadi semakin parah dan memicu timbulnya gangguan mental yang lain.

Untuk penanganan pertama, aku lebih merekomendasikan lingkaran sosial yang terdekat dengan kamu terlebih dulu, dari pada langsung ke psikolog/hipnoterapis. Karena mengingat biaya dan aksesnya yang ga segampang dokter umum, karena sebetulnya, mau kemanapun seseorang mencari bantuan, yang akan menentukan cepat atau lambatnya proses pemulihan itu adalah dirinya sendiri.

Kesadarannya, potensi-potensi yang dia miliki, baik secara intelektual, emosional maupun spiritual.
Jadi kalau pada dasarnya, kita cukup cerdas, masalahnya bisa kita selesaikan dengan hanya melibatkan Allah tentunya, pengetahuan-pengatahuan dari buku atau orang-orang terdekat yang di percaya.

Atau dengan mencari grup-grup yang berisikan orang-orang dengan permasalahn serupa. Biasanya mereka saling berbagi beban, pengalaman, dan tips-tips yang bermanfaat.
Dan juga tentunya jadi ngerasa gak sendirian.
Dan untuk beberapa kawan di sini yang mungkin memiliki trauma. Obyek traumanya terhadap apa? Dan untuk anxiety (kecemasan berlebih akan suatu hal) gitu memang butuh waktu pemulihan yang ga sebentar.
Bisa cuma sebulan,beberapa bulan atau tahunan, tergantung dari individunya. (pola pikir, pola hidup, pola makan, pola sosialisasi).

Dengan usaha, bukan cuma membaca buku yang membantu kita untuk mengetahui gejala yang kita alami, tapi mengubah pola pikir/cara pandang terhadap hidup atau orang lain.

Terus banyak mengkonsumsi makanan kaya akan nutrisi bagi otak (ikan, minyak ikan, kunyit, madu + daun pegagan, vitamin b12, dll) dan yang terpenting, bersosialisasi, cari teman-teman/keluarga/terapis yang bisa di percaya untuk diajak bercerita tanpa ngasih penghakiman. Itu jujur ngaruh banget.

Tapi ada satu lagi ilmu yang paling penting, ikhlas. Kalau udah ikhlas menjalani penyakit dengan terus menyerahkan diri kepada Allah, itu beneran deh lama-lama jadi mulai tenang, ga banyak menuntut apa-apa yang menambah beban pikiran.

Ini menurutku sangat perlu untuk diperhatikan sih. Yang mendorong proses pemulihan menjadi lebih cepat itu justru karena berani cerita, berani mengungkapkan kerapuhan yang di alami, tentunya kepada orang-orang yang dipercaya.

Kalau kita bisa cerita tanpa rasa malu, takut khawatir dicela. Disitu kita sebetulnya sedang berproses menerima diri kita sendiri, pada saat kita bisa menerima diri kita secara utuh, kita mulai bisa berdamai dengan pertarungan/konflik yang ada di dalam diri.

Karena rasa sakit dari trauma itu kan mengindikasikan bahwa kita merasa belum menerima atau masih menolak apa yang menjadi bagian dari diri dan hidup kita.

Kalau banyak berdiam diri, dia (penyakitnya) malah semakin punya banyak tempat di ruang-ruang kesadaran untuk menjadi liar. Tapi, semakin kamu sibuk, ruang dia semakin sempit untuk berkeliaran, dan lama-lama juga jinak.

Dia (penyakit itu) tuh suka berubah-ubah. Beberapa hari ini kesel sama orang lain karena kurang dapat memahami kita. Tapi nanti objeknya berubah lagi. Jadi, dia keluarnya tergantung dari pemicu dari luar. Ada yang ga enak sedikit langsung muncul.

Kalau lagi bener-bener down banget, dunia tuh serasa jahat. Dan lebih nyaman sendiri. Dengan sedikit berkomunikasi pada orang tertentu yang sama dengan kita itu membantu banget.
Karena akan lebih mudah terhubung dan saling memahami.

Tapi kalau sudah sembuh nanti akan jadi mudah adaptasi lagi kok sama semuanya.

Temen-teman yang kelihatannya ga peduli, mereka ga pernah mengalami jadi pasti mereka bingung dan menganggap remeh. Kita juga harus ngerti. Atau mereka juga lagi ada masalah jadinya mereka fokus sama diri sendiri dulu. Dinikmati dulu prosesnya.

Semakin kamu ingin bebas dari pikiran tersebut, semakin kuat dia mencengkram.
Pokoknya jangan pernah berusaha keras atau berniat untuk lari dari penyakit ini.
Karena semakin kamu ingin bebas = kamu semakin emosi = emosi negatifmu semakin meningkat.
Penyakit ini nempel sama emosi. Jadi perhatikan emosi mu dulu, kuasai emosi mu, terima dia dengan sukarela sebagai teman belajar.

Ikhlaskan ia sebagai bagian hidupmu. Kamu pasti sembuh!
Dibaca ya baik-baik dan pahami. semangat!

No comments:

Post a Comment