Sunday, June 10, 2018

Cara Sembuh Total dari Depresi tanpa Obat dengan Meditasi

mengatasi depresi

Keluar dari gangguan kecemasan dan depresi

Yang dialami oleh penyandang gangguan kecemasan :
  1. Pikiran kalut takut mati/ takut sakit
  2. Reaksi tubuh : Jantung berdebar, keringat dingin, kebas, pusing mau pingsan, kesulitan bernafas dll.

Yang dialami saat depresi :
  1. Tiba tiba sedih tanpa jelas apa sebabnya
  2. Terasa sepi /tidak ada yang mempedulikan
  3. Kehilangan semangat hidup
  4. Perasaan lelah/ cape

Hal tersebut diatas tidak sama dengan "stres" karena orang stres tau jelas apa yang menyebabkan dirinya stres, semisal kita stres karena harus menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk dengan deadline yang singkat maka kita tau betul apa yang menyebabkan stres, dan setelah penyebabnya tidak ada lagi maka stres juga berakhir.

Pada gangguan kecemasan dan depresi tidak demikian, karena pemicunya tidak jelas/samar dan berulang secara acak, ini kenapa hal tersebut disebut dengan gangguan mental.

Pada saat hal itu terjadi, kondisi rasional kita kacau/mawut dan kita larut dalam kondisi tersebut, dan tidak mudah keluar dari kondisi tersebut. ( Akan sulit jika di logika )

Di dunia medis sebenarnya hal ini belum jelas penyebabnya, sehingga mereka hanya dapat menduga bahwa ini disebabkan oleh faktor keturunan genetis, gangguan hormonal, stress berlebihan.

Sedangkan sepanjang pengalamanku menyandang gangguan kecemasan dan depresi ternyata hal tersebut ada juga benarnya tetapi aku tidak sepenuhnya sependapat dengan medis.

Di dunia medis ketika hal tersebut terjadi maka langkah yang di ambil adalah memberikan obat penenang yang mana sebenarnya hal ini mempunyai 2 sisi yang harus dikritisi ; "Baik" menurut siapa dan Ukuran "baik" itu sendiri.

Bagi mereka yang tidak menyandang gangguan mental, memberikan obat penenang itu adalah baik karena dengan demikian penyandang gangguan mental tersebut seperti terlihat "TENANG", tapi apakah tenang yang ini benar baik?

Pengalamanku waktu mengkonsumsi obat penenang itu sendiri maka yang terjadi adalah "TIDAK BISA MIKIR"
Pikiran rasanya tenggelam dan walau bathinku menolak tetapi tidak kuasa untuk melawan.

Pertanyaanku waktu itu adalah, apakah ini baik??
Yang terjadi adalah aku menjadi berontak/ tidak suka dengan keadaan yang demikian, dan jika diteruskan kemungkinan aku tidak akan lagi bisa utuh berpikir.

Mohon maaf, aku disini hanya mengungkapkan pengalamanku sendiri tanpa berusaha mendebat, menjelekkan pihak pihak tertentu.

Jadi menurutku BAIK ini menurut siapa?
Menurut orang lain atau menurut si penyandang gangguan mental?
Dan sekali lagi aku selalu bertanya, apakah TENANG ini bisa di jadikan tolak ukur? Karena tenang disini adalah 2 hal yang berbeda jauh, Menurutku tenang adalah kondisi bathin dan bukan tenang karena tidak bisa mikir lagi.

Lalu apakah obat dapat menyesaikan masalah?
Ataukah hanya membuat seseorang hanya seolah terlihat membaik?

Diawal aku mengenal meditasi, aku benar benar buta dan tidak tau apa yang harus dilakukan, aku hanya mulai duduk dan mencobanya.

Ya hanya duduk diam saja tidak ngapa ngapain, di mulai dengan beberapa menit hingga bertahap mendekati 1 Jam.

Lucunya keadaan bathinku membaik dengan sendirinya seiring aku terus berlatih pagi dan malam.

Jadi, inilah yang aku sarankan kepada teman teman semua, apapun kondisi gangguan mental yang dialaminya meditasi adalah kunci utama dari awal perbaikannya.

Mungkin banyak yang ragu dengan saran langkahku ini, tetapi tidaklah apa, disini aku berusaha menjelaskan mengapa hal tersebut bisa menjadi masuk akal.

Gangguan kecemasan ataupun depresi sepanjang yang aku alami adalah kesalahan pola berpikir.

Pikiranku selalu berjalan membentuk pola tertentu.

Tanpa hadirnya kesadaran maka hidup kita berjalan dengan sendiri ( hanya menjalankan pola/ program ) layaknya seperti robot, seakan akan punya kebebasan memilih tetapi sebenarnya tidak. Dan menurutku hal yang seperti demikian adalah hidup tidak berkesadaran.

Begitu pula pada seseorang yang selalu berada dalam tekanan, maka secara tidak sadar membiarkan pikiran berada pada pola ketegangan dan kewaspadaan dan begitu ini diulang terus menerus maka semakin lama terbentuklah sebuah pola menetap dimana pikiran selalu tegang dan waspada, tegang dan waspada, tegang dan waspada sepanjang waktu.

Kondisi tegang dan waspada ini tentunya mempunyai imbas pada sensitifitas indera dan hormon tubuh, karena pikiran adalah sebagai pusat regulatornya.

Dan untuk itu aku akan mencoba mengurutkan sensasi "Fight or Flight" yang pada gangguan kecemasan agar teman teman mendapat gambaran tentang hal ini.

Dimulai dari pikiran yang sudah waspada ( terbiasa waspada ) maka tingkat sensitifitas tubuh dan pikiran otomatis meningkat.
Berlanjut dengan adanya sedikit stimulus saja maka pada kondisi pikiran tersebut akan direspon berlebihan yang berakibat meningkatkan kewaspadaan yang berlebihan pula. Bila hal ini terjadi maka seluruh tubuh menegang/ kempel/ mengeras ( reaksi alamiah untuk bersiap melindungi diri atau lari ) dari tegangnya tubuh maka pembuluh darah terhimpit/tergencet/ tercekik sehingga ini menyebabkan peredaran darah terganggu sehingga tangan dan kaki menjadi dingin serta suplai oksigen ke otak menjadi berkurang dan menyebabkan pusing.
Atas ini maka jantung berusaha melakukan fungsinya lebih keras dan berdenyut lebih kencang memompa darah lebih banyak ke seluruh tubuh, atas hal ini maka kita pun berkeringat dan terengah2 seperti kesulitan bernafas.
Jika dilihat secara seksama semua ini sebenarnya adalah proses alami.
Tetapi bagi mereka yang tidak sadar akan hal ini maka yang terjadi adalah kepanikan dan malah banyak pikiran berhamburan "kenapa begini, kenapa begitu, dan bla bla bla bla" yang mana adalah pikiran berceloteh ini semakin banyak berantakan dan kacau.

Sepanjang pengalamanku ketegangan otak kita memicu pikiran menjadi lebih aktif ( ibarat jeruk yang di remas sehingga sarinya semburat berceceran )

Jika hal ini tidak disadari maka yang terjadi berikutnya adalah proses looping/berulang hingga menjadi lingkaran yang semakin menguat.

Inilah poin yang ingin aku sampaikan, bahwa pada pikiran orang dengan gangguan mental terbentuk suatu pola yang demikian.

Kemudian bagaimana caranya mengoreksinya? Hal demikian jika diminumi obat apa bisa baik?

Lalu mengapa waktu aku duduk diam tidak melakukan apa apa maka aku menjadi lebih baik?

Pada saat duduk diam tidak melakukan apa apa, aku sebenarnya secara tidak sengaja telah membiasakan diri untuk selalu tenang/rileks/kendur sehingga pola tegang yang lama itu menjadi tertimpa ulang ( terprogram ulang ) oleh pola yang baru. ( seingatku aku membaik saat melakukan meditasi terus menerus pagi sore selama 3 bulan ).

Pada bulan pertama efeknya sudah mulai ada dan pada bulan ke 3 semua hampir tidak pernah berulang kembali.
Memang masih ada residu yang tertinggal, tetapi dengan kemampuan dapat mengabaikan pikiran dan pengamatan maka semuanya sisa sisa itu menjadi tidak dominan lagi.

Aku sendiri sepertinya dulu pernah membaca jurnal mengenai kebiasaan, tapi aku lupa detailnya. namun pada garis besarnya jika sesuatu hal dilakukan selama 90x maka hal tersebut akan menjadi satu kebiasaan baru.

Jadi kalau saya boleh saran, teman yeman tidak perlu lagi kebanyakan mikir mikir karena hal tersebut ibarat seperti meremas jeruk, sebaiknya cukup sadari saja dan biarkan saja jeruk itu utuh tidak tersentuh.

Lakukan saja!
Duduk tenang, rileks, kendur, lepas dan anda akan segera membaik.

Semoga ini dapat membantu teman teman yang ada diluar sana, karena aku paham betul bagaimana sulitnya keluar dari kondisi tersebut.

Jangan menyerah dan tetaplah hidup berkesadaran, latihan itu sangat penting.

Walaupun sulit tetapi hal ini bukan lah sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Seperti layaknya jika ingin pandai ya belajarlah, jangan ambil jalan singkat dengan cara mencontek.

Begitu pula dengan kesehatan mental, jika ingin baik ya jangan cuma minum obat dan malas berusaha..... LATIHAN!
Dan semua akan membaik seiring dengan nya.

Hormat saya

No comments:

Post a Comment