Ibu adalah sosok yang dirindukan bagi pemudik, sosok yang baik, penyayayang.
Beda dengan saya, kriteria seperti itu tidak ada pada ibu saya, dia lebih seperti monster. Kata-katanya menyakitkan, merendahkan, meremehkan, bentakan, membanding-bandingkan, penuntut, pemarah, sering
melukai hatiku.
Mulut ibuku tajam lebih tajam dari pisau, dia bisa setiap saat menyayat hatiku bahkan disaat tak terduga, seperti di momen lebaran seperti ini, yang umumnya keluarga berkumpul dan bermaaf-maafan. Tapi tidak dengan ibuku.
Pantas saja semalam saya tidak bisa tidur, ada apa ini? pikirku, tidak bisa memejamkan mata sama sekali, bolak-balik ke kamar mandi, ternyata paginya saya mendapatkan ujian seperti ini.
Pagi-pagi Ibuku sudah marah-marah, merendahkan pekerjaanku, membully. Pakai bilang gajiku yang 10 jt, padahal jelas-jelas aku pengangguran.
Contoh kecil di hari pertama lebaran ini, dia menyuruhku untuk sholat idul fitri, tapi aku malu karena tidak punya pakaian, karena aku pengangguran karena sakit GERD + Tiroid + Kecemasan.
Dia tidak peduli dengan sakit yang saya derita, karena dari luar memang tampak baik-baik saja. Dia hanya lulusan SD. mulutnya bagai pisau.
Saya tidak tahu harus menuliskan kronologisnya bagaimana. mulai dari mana.
Tapi habis lebaran saya mau jual barang-barangku yang tak seberapa, mungkin hanya senilai 2 jt... untuk bekal minggat dari rumah dan bertahan hidup, berharap di luar sana menemukan teman yang dapat membantuku untuk sekedar pengaman di saat aku lagi sakit karena kalau kumat nyaris tidak dapat beraktifitas, mual-mual dan senderan di tempat tidur.
Mungkin nanti ketika minggat aku mati dijalan karena tidak punya makanan karena penderita asam lambung tidak semua makanan dapat dimakan, kedinginan karena penderita tiroid tidak tahan terhadap udara yang ekstrem dingin atau pun panas. Bahkan untuk menelan airpun tenggorokanku terasa mengganjal, bisa-bisa saya muntah karena tenggorokan selalu seperti tercekik, apa boleh buat saya tidak punya uang untuk ke dokter.
Tubuhku kurus kering akibat dari tekanan, sakit hati yang terpendam, aku tidak punya kesempatan untuk mengungkapkan apa-apa di depannya, semua kata-kata direject. Ibuku menganggap semua yang dikatakannya adalah benar, walaupun sudah jelas-jelas salah. Sangat egois sekali.
Saya kira hidupku masih lebih beruntung, untung tubuhku lengkap. Andai saja aku cacat tidak punya kaki atau tangan mungkin sudah dibuang atau bahkan dibunuhnya dari bayi.
Aku tidak menyangka, aku kira tetangga sebelah yang terkenal suka mencuri adalah keluarga yang paling berantakan di kampung ku... ternyata bukan, keluarga berantakan tersebut ada di rumahku... Iya, itu yang menyebabkan adalah Ibuku.
Ayahku seperti benci, segalanya diatur oleh ibuku, Ayahku tidak dapat berbuat apa-apa, dia hanya membela ibu, karena hanya itu yang dia miliki, Ayah tidak punya power, dia tidak dapat bekerja tanpa Ibu.
Di umurku yang sudah 30 tahun ini harusnya aku sudah menikah, tapi nyatanya aku adalah pengangguran. Aku tidak mau menikah dengan uang orang tuaku, karena mereka selalu perhitungan mengungkit-ungkit apa yang sudah mereka berikan.
Cukup sudah apa yang selama ini saya makan dari mereka.
Dari kecil aku terbiasa mandiri, bahkan barang-barang yang aku peroleh semuanya hasil kerja kerasku, bajuku, handphone ku, motorku, laptop, dan semua yang aku punya.
Sekarang aku tidak punya apa-apa, aku tidak punya siapa-siapa. Aku tidak punya harta juga tidak punya keluarga.
Saudara-saudaraku, om, tante-tante ku... mereka sangat benci keluargaku.. semuanya bermusuhan.
Mungkin karena sifat ibuku yang egois seperti monster. Keluargaku dijauhi. Bahkan sepeninggal kakek dan nenekku.. karena merepa meninggal bareng hanya selang satu hari. Orang tuaku, om-om ku, tante-tanteku saling berebut harta warisan. Aku tidak menyangka. Saya pikir saya lahir dari keluarga suci yang agamis dan pintar mengaji atau hanya aku yang merasa sok suci.
Saat ini jiwaku hancur, pikiranku hancur, yang ada dipikiranku saat ini adalah pergi dari tempat ini dan tidak pernah balik lagi untuk selama-lamanya.
Saya butuh seorang teman, tapi saya tidak punya satupun teman, saya dari kecil sengsara tidak ada yang mau dekat-dekat, bahkan bajupun tidak pernah ganti, hanya 3 stel saja, sampai teman-temanku hafal, oleh sebab itu aku dijauhi.
Sepertinya sudah cukup aku mengungkapkan perasaanku di sini... tapi sebenarnya ada segudang uneg2 yang mengganjal di dadaku... dadaku sesak oleh akibat Ibuku sendiri. Tidak semua ibu itu baik.
Hari ini aku memakai pakaian terburuk yang aku punya, iya sobek-sobek seperti orang gila... Aku tidak peduli lagi dengan orang di sekitarku... Memang aku gila, aku gila, aku gila!!!
No comments:
Post a Comment