Thursday, February 27, 2020

Pengalaman Istri saya Selingkuh sampai Hamil & Melahirkan


Mohon Pencerahannya..

Usia pernikahan kami 6thn dan kami mempunyai seorang anak perempuan usia 5thn.

Kami sempat pisah ranjang selama 4thn. Waktu itu saya sedang drop, tangan saya patah, saya di pecat dan istri saya meninggalkan saya dengan membawa anak (umur 1thn) pergi ke kampungnya dan tinggal dengan orang tuanya.

Disitu saya kecewa dan mengikhlaskan nya. Tapi saya tetap memberikan nafkah tanpa putus. Kami komunikasi hanya seperlunya saja.

Singkat cerita, istri saya menjalin hubungan dengan orang dan hamil dengannya tanpa memberitahu kepada saya. Waktu usia kehamilan dia 1 bulan kurang, dia telepon saya nangis-nangis bilang dia hamil karena di perk*sa pacarnya ( status kami belum bercerai ).

Karena dia ibu dari anak saya, saya kasihan, dan saya kasih solusi ke dia agar dia ke Jakarta, ke tempat saya, agar dia tidak menjadi bahan gosip di kampungnya. Tapi dengan syarat kami hanya sebatas teman, tidak lebih.

Saya terkejut ternyata anak saya masih mengenali saya. Padahal kami hampir tidak pernah komunikasi, tidak pernah videocall, hanya sesekali teleponan.

Satu hari berselang, istri saya mendatangi saya ke kamar dan menggoda saya untuk berh*b*ngan. Awalnya saya tidak mau, tapi karena terus dipancing, saya pun tak punya kuasa karena saya laki-laki normal. Kami melakukan sebanyak 4x di malam itu. Dan esoknya saya tau kalau ternyata dia tidak dip*rk*sa tapi suka sama suka. Dan tetap menjalin hubungan dengan pacarnya itu.

Sebenarnya saya sudah tidak punya rasa dengan istri saya dan ingin mengusirnya. Tapi karena saya kangen sama anak saya dan memikirkan perasaan anak saya, maka saya berusaha bertahan dengan situasi ini.

Dari awal mereka datang sampai sekarang sudah mau 11bulan. Anak saya 100% saya yang urus, dari a sampai z.. Dan sekarang anak saya lebih dekat ke saya dari pada ke ibunya.

Saya jenuh dengan situasi seperti ini, karena dia tidak bisa memilih mau sama siapa. Saya benci istri dan anak yang di kandungannya. Tapi prinsip saya, benci tidak harus jahat.

Dari awal sampai hampir 11 bulan, dia saya rawat, saya jaga kesehatan dan gizinya. Bahkan saya menemaninya di meja persalinan sampai selesai melahirkan. Mungkin karena itu, dia meminta maaf pada saya dan minta kesempatan untuk memperbaiki rumah tangga kami.

Jujur saya pengen memperbaikinya demi anak saya. Tapi saya tidak bisa menerima anak dia, saya sudah berusaha mendekatkan diri dengan anaknya. Saya gendong, saya cium, dan bercanda. Tapi tetap saja masih ada rasa benci.

Dia pengen saya menerima anaknya dan memulai dari nol. Tapi saya gak bisa berbohong, saya benci, saya takut menjadi jahat suatu saat nanti. Karena saya tau, saya tidak akan bisa adil. Saya bilang, saya mau memperbaiki tapi tanpa anaknya, dan saya memberikan dia waktu untuk berpikir. Tapi sudah 1bulan dia tidak bisa jawab-jawab.

Apa yang harus saya perbuat??

Bila saya melanjutkan hubungan, kira-kira sehat apa tidak?? dan bagaimana cara menghilangkan rasa benci??

Bila saya memutuskan pisah, apa yang harus saya jelaskan kepada anak perempuan saya yang baru berusia 5tahun ini?? Karena bila pisah, hak asuh anak di saya.

Saya sangat sayang dengan anak saya. Saya khawatir dengan perkembangan anak saya.

Terima kasih.

No comments:

Post a Comment