Wednesday, July 4, 2018

Cara Mengatasi Gerd yang Menyiksa tanpa Obat adalah dengan Pasrah

penyebab gerd

Sekedar ingin sharing

Bicara soal kehidupan ku sebelum GERD, termasuk orang yang aktif. Seperti suka solo traveling keliling Indonesia, atau kalau cuma sekedar sempit-sempitan di kendaraan umum pun sudah biasa.
Memang beberapa kali sempat pingsan saat upacara bendera saat sekolah dulu, tapi tak lantas membuat trauma apalagi sampai cemas.

Namun, bencana datang pada April 2014, menjelang seminar skripsi saya. Saat itu bus yang biasa membawa mahasiswa ke kampus tidak datang, sedangkan ada hampir ribuan mahasiswa yang menunggu bus. Aku cemas telat sampai ke kampus. Sampai badan mulai kesemutan dimulai dari langit-langit mulut, lalu kepala, hingga seluruh tubuh. Pandangan goyang, suara sekitar semakin nyaring dan akhirnya aku ambruk.

Besoknya terulang kembali, terus hampir setiap hari. Bahkan hingga acara wisudaku pun aku dilarikan ambulance ke klinik terdekat karena ambruk duluan sebelum penyerahan ijasah aku terima. Ini salah satu momen tersedih dalam hidupku.

Selama lebih dari setahun sejak kejadian itu, aku hanya meratap. Mondar-mandir rumah sakit, dan tidak ada semangat hidup. Selalu beranggapan bahwa aku akan segera mati. Sampai aku tersadar, saat ada beberapa teman yang pernah menyemangati, justru lebih dulu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Yang kamu butuhkan hanyalah seorang teman, bisa berasal dari keluarga juga, yang tulus dan ikhlas berteman denganmu. Seorang teman semasa SMAku dengan tulus dan ulet selalu mengajakku keliling kota dengan hanya naik motor.

Dia menyuruhku merasakan panas matahari siang, macet di persimpangan lampu merah, karena jujur tempat seperti itulah yang membuat kecemasanku bertambah. Saat kecemasanku datang, temanku terus menyakinkan kalau aku aman, tidak ada yang akan terjadi apa-apa denganku. Alhasil aku merasa aman dan kecemasanku hilang. Hal itu dia lakukan hampir tiap Minggu selama bertahun-tahun dan hingga sampai saat ini. Namun kecemasan selalu datang saat aku pergi sendirian tanpa seorangpun yang aku kenal berada di sekitarku.

Sejak saat itu, aku berhenti mengkonsumsi obat-obatan dari rumah sakit, karena aku sadar sakit yang aku alami bersumber dari pola hidup dan pikiran. Yang harus aku benahi adalah pola hidupku dan selalu pasrah akan hal yang belum terjadi.

Aku mulai bekerja, walau hanya sebagai guru private ke rumah-rumah tetangga. Ya, aku belum berani mengajar ke tempat yang agak jauh, tapi radius lokasi tempatku mengajar semakin hari semakin melebar. Menandakan aku mulai berani! Bukan berarti kecemasan tidak pernah datang, datang kok, tapi sudah bisa dikendalikan dari pikiran.

Jika ditanya apakah aku sudah sembuh. Aku akan jawab BELUM. Namun sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Bukan obat, bukan ratapan, apalagi dukun, yang membuatku lebih baik adalah keinginan untuk tetap dianggap ada dalam kehidupan. Jadikan orang-orang yang kamu sayang sebagai motivasi untuk berbuat lebih. Emak, Abah, saudara, sahabat, siapapun mereka yang kamu sayangi akan turut bahagia jika melihat kamu

No comments:

Post a Comment