Saturday, June 30, 2018

Aku Trauma Suara Takbir dan Benci Suasana Lebaran karena Broken Home

ucapan lebaran

Trauma suara takbir dan benci suasana lebaran.

Sejak umur 13 atau 14 tahun lebaran nggak pernah ngumpul sama keluarga, (karena kabur dari rumah) awal nya sedih, iri lihat orang-orang pakeaibaju baru ngumpul sama keluarga nyesek lama
kelamaan jadi semacam nggak tahan trauma dan takut sama suara takbir.

Alasan kabur dari rumah karena keluarga ku broken home orang tua pergi-pergi kerja di luar kota dan saling menikah lagi dan aku numpang hidup sana sini pernah ikut ayah setahun bukan kenyamanan yang ku dapat kan tapi.... (ya sudahlah)

Pernah ikut ibu aku malah di ******* sama teman ibu ku. Aku yakin ibu tau karena kejadian itu dia yang nyuruh aku ke kamar yang ada om itu, aku juga teriak manggil ibuku 2x tapi dia hanya menjawab apasih! (sambil membentak) numpang sana sini walapun keluarga rasanya nggak nyaman makanya lari dari rumah)

Buru-buru mau cepet nikah karena hidup sendiri sangat sangat sulit berapa kali mau bunuh diri apa lagi saat denger suara takbir nyesek banget, temen kos ada yang mikir aku aneh karena marah nangis dan ketawa lagi dalam waktu yang bersamaan, kadang diem aja, tapi kadang ngomong nyerocos nggak ada titik koma sampai pernah di ruqiah.

Penghianatan teman sering ku alami tapi ada beberapa temen yang baik, nggak tau sekarang dia ada dimana.

Keputusan untuk menikah muda yang ku pikir hanya soal makan (ada yang tanggung jawab ada yang ngasih makan) nggak mikirin cinta, aku nggak percaya ada cinta antar manusia, buat ku cinta itu hanya simbosis mutualime, cinta dari ayah dan ibu aja aku nggak percaya, apalgi cinta yang dari orang lain.

Akhirnya menikah umur 17+ suamiku orang chinese, kami beda agama dan dia jadi mualaf demi menikah dengan ku, dan aku pun hijrah (hijab). Awal menikah sempet sembuh waktu ada suami karena dia baik pengertian dan penyayang. Care banget sama aku, kasih sayang yang baru kurasakan seumur hidup ku.

Umur 19th di bujuk pulang kampung sama suami karena dia sedih juga lihat aku suka nangis sendiri dan depresi dan kami pun pulang ke kampung ku tapi bukan waktu lebaran.

Saat itu ternyata mereka (keluargaku) mikir nya selama ini aku udah mati karena nggak ada kabar berita, dan mereka bilang ada kapal tenggelam ada korban nama nya sama dengan ku
(dalam hati bertanya di yasinin nggak ya?).

Mereka jadi terasa asing bagi ku mungkin karena lama nggak ketemu sampai-sampai aku pun nggak tahu berapa saudara (kakak/adik).

Aku bisa memaafkan tapi nggak bisa melupakan perlakuan mereka yang dulu.

Kadang mereka minta aku pulang lebaran tapi aku belum siap menurut ku sikap mereka belum berubah karena yang terakhir pulang (bukan waktu lebaran) sangat mengecewakan dan nggak nyaman. Pulang juga cuma diam saja di rumah kakak, nggak pergi kerumah kerabat yang lain.

Aku kadang nangis bahagia cepet marah ngambek ngurung diri semua mood yang nggak stabil self harm. Dan minun obat berlebihan yang sering ku lakukan, beruntung suami ku terima aku apa adanya. Tapi mood ku yang berubah-ubah kadang kasihan sama anak ku, dia masih kecil punya mama yang mental ilness kayak aku.

Anak juga bingung saat aku marah-marahin dia karena dia nakal, biasalah anak-anak tapi lihat sesuatu yang lucu misal kan wajah nya atau dll aku ketawa lagi, dia bilang (mama ini sebenarnya nya lagi marah atau nggak sih kok ketawa.

Sama suami juga gitu, ribut masalah sebesar apapun tapi tetep bisa ketawa saat itu juga dan akhirnya nggak jadi ribut lagi. Padahal pernah sampai kabur juga, aku pun mulai mau mendengar
suara takbir tapi kebahagian itu hanya sebentar.

Saat aku sedang hamil dan pendarahan terus tapi saat dicheck selalu positif. Kenalan ku bilang, dia dulu juga seperti itu berobat di jawa dan anak nya sekarang udah besar.

Sekarang perasaan ku ke suamiku ada rasa sayang dan kadang benci, dan sering aku langsung bilang ke dia (kamu dan **** pembunuh) karena mereka mengaborsi janin ku, apalagi saat dokter membawa janin ku untuk memperlihatkan ke aku, di masukan di dalam toples ada airnya. Kakak ipar ku bilang (lihat-lihat udah ada hitam 2 biji itu matanya). Dada ku rasanya nyesek banget dan dokter bilang kemungkinan untuk hamil lagi hanya 50% (rumah sakit di penang Malaysia padahal di Indonesia juga banyak dokter).

Tapi mama mertua ku emang udah kangen sama cece ipar ku, dia juga sakit ada benjolan di samping dada bawah ketiak nggak pernah check up, udah setahun.

Jadi dia kedokter bareng aku dan tenyata kanker payudara. Aku nggak pernah ngomong banyak sama keluarga suamiku. Rasanya sangat ngggak nyaman, jadi aku lampias kan semua amarah ke suami ku, suami ku bilang kalau nggak di aborsi aku bisa mati, karena aku hamil di luar kandungan (menurut ku lebih baik aku mati dari pada hidup mengorban kan bayi ku sendiri).

Dan aku nggak percaya aku yakin aku bisa bertahan demi bayi ku. Kalau berobat tradisional di Indonesia saja.

Itu memberi trauma baru, yang membuat trauma lama ku kambuh lagi aku jadi sering ngurung diri.
Karena perbedaan agama dan masalah mulai bermunculuan.

Tentu jadi masalah dalam keluarga nya, tapi semua aku simpan sendiri. Dan mereka (keluarga suamiku) juga terasa asing. Permasalahan antara keluarganya muncul lebih parah saat suami ku ada masalah dikerjaan nya terpaksa harus resign. Dan akhirnya suami ku berlayar ikut papa nya dan aku terpaksa tinggal di rumah mertua, dan mereka lebih senang jika aku melepas hijabku.

Aku memohon ke suami ku tapi dia menjawab (cinta orang lain bisa ku lawan tapi kalau mamaku aku nggak bisa). Aku juga kan nggak mau dia melawan /ribut sama mamanya, masalah bermunculan semua ku pendam sendiri nurutin aja kadang berontak, tergantung mood (mental illness)
dan fake smile is so painfull.

Tapi sekarang aku udah nggak tinggal di rumah mertua.

Aku memutus kan buat kontrak rumah. Awal nya mertua ku tidak setuju tapi suamiku mengizinkan jadi sekarang aku hanya tinggal berdua dengan anak ku.

Sejak suami ku pergi aku sering depresi karena walaupun udah hidup berdua dengan anak tetep nggak bisa menghindar dari mereka semua. Makannya sering nonaktif nomor hp karena setiap mereka telp jadi pemicu depresi ku yang tadi nya bahagia dan aktif.

Nggak ada TV karena emang nggak suka nonton TV dan acara di TV nggak semua bagus di tonton buat anak-anak. Beli kaset DVD kartun atau barbie kesukaan anak ku aja nonton di PC (dulu pernah ada TV waktu ada suami aja). Nggak punya teman dekat sama tetangga juga nggak pernah bergaul di rumah terus jadi bener-bener cupu dan kuper.

Cuma main game karena menghindari pemicu juga, tapi yah tetep aja kadang bahagia kadang depresi, lagi rajin kebangetan lagi males ya kebangetan. Tidur jarang berapa bulan ini, kadang 3 hari tidur cuma dua jam. Padahal dulu pernah bawaan nya tidur teru.

Untuk menghindari suara takbir, Aku biasanya main game pakai headset kenceng-kenceng tapi PC lagi rusak. Tahun ini pengen nginep di hotel lagi, dengerin suara musik kenceng-kenceng pakai headset dan siangnya ajak anak main ke timezone, tapi sering kepikiran apakah anak ku bener-bener bahagia atau tidak.

Aku hanya bisa membelikan, apa yang dia mau pasti ku usahakan. Kalau ada acara apapun, aku nggak mau hadir nggak punya keberanian.

Pernah menghadiri acara perpisahan TK, dan anak memohon (mama harus datang, kata bu guru plis) katanya.

Karena dia nari, dan aku sadar memang seharusnya aku hadir karena cuma aku walinya. Perasaan gelisah, keluar keringat dingin, tangan gemetar, tetep berusaha untuk normal, tapi bahagia sekali melihat anak ku bahagia.

Waktu TK dia ngajak lebaran kerumah guru TK kesayangan nya. Lebaran ke 3 hari dan 7 hari aku liat ada banyak motor di rumah guru nya, nggak jadi mampir. Apa yang harus aku lakukan anak udah mulai besar dan tiap lebaran terus begini, tapi setiap imlek pasti diajak popoh/nenek nya untuk merayakan imlek walapun aku kadang gemetar keringat dingin dan nggak nyaman.

No comments:

Post a Comment