Friday, June 22, 2018

Curhat Saya 7 Tahun Menikah Punya Suami Tukang Judi & Selingkuh

kata-kata mutiara selingkuh

Ikut buang unek-unek ya bund...

Mas, delapan tahun sudah kita berumah tangga. Banyak sekali ujian dan cobaan yang sudah aku lewati. Kamu tentu masih ingat ya mas, kali pertama kita menikah dan masih tinggal dengan ortu.
Tahun pertama kita menikah kamu mulai berubah, kamu mulai mengenal judi online. Kadang kadang menang tapi lebih banyak kalahnya. Dan kamu mulai tidak jujur dengan gajimu. Aku tidak masalah berapapun nafkah yang kamu beri aku terima toh aku juga kerja, cukuplah untuk hidup kita sehari hari.

Ditahun ke tiga kita menikah judimu semakin menjadi. Kamu mulai berani hutang di Bank di Koperasi dan berani menggadaikan BPKB motor pemberian ortuku untuk modal judimu itu. Keuangan kita mulai goyang. Syukur aku masih bekerja jadi masih bisa kupenuhi semua kebutuhan sehari-hari. Aku masih memaafkanmu setiap kali kamu sadar akan kesalahanmu ini. Aku masih memberi kamu kesempatan untuk berubah.

Tahun keempat kita menikah Alhamdulillah aku dapat arisan, yang akhirnya aku beranikan diri untuk membayar uang muka perumahan KPR walaupun tiap bulan harus bayar cicilan dari sisa gajimu, tujuanku sederhana yaitu agar gajimu ada yang nyantol daripada buat judi terus.

Di Tahun keempat ini juga Allah memberi kesempatan aku hamil dan melahirkan seorang putri cantik. Aku pikir ini akan menjadi perubahan pada diri kamu. Aku pikir kehadiran seorang anak dapat mengetuk hatimu untuk berhenti berjudi tapi aku salah.

Benar kamu menyayangi anakmu, aku lihat itu dari caramu menggendong dan menatap anak kita, ikut menjaga anak kita jika menangis di tengah malam. Benar kamu menyayangi anakmu tapi kenapa judimu masih saja kamu kencengin. Tapi aku masih saja berharap kamu pasti nanti berubah dan aku memaafkan mu lagi....

Tahun kelima kita menikah, aku mulai curiga kenapa HPmu kamu pasword. Ternyata kamu selingkuh. Sakit sekali hatiku waktu itu...
Tidak ada yang bisa aku ajak bicara. Di rumah hanya ada aku dan bayiku. Sementara kamu mulai sering pulang pagi. Sejauh itu aku tidak berani bercerita pada ortuku tentang rumah tangga kita.

Ekonomi semakin goyah gajimu benar-benar limit. Bahkan kamu mulai jarang menafkahi aku. Sementara kebutuhan bertambah banyak. Aku harus tetap bekerja untuk terus memenuhi kebutuhan sehari-hari, bayar KPR dan terpaksa anak aku titipkan ke daycare dan aku ambil setelah pulang kerja. Kamu makin gila...

Tahun ke enam kita menikah kamu sudah tidak lagi aku kenal. Kamu terang-terangan selingkuh dan bolak balik ke hotel. Perempuan itu telah menguasai kamu. Setiap kali aku menegurmu kamu marah dan begitulah seterusnya sampai aku bosan berantem denganmu... Judi dan selingkuh

Tahun ketujuh kita menikah aku sudah mati rasa, aku tidak peduli lagi dengan apa yang kamu perbuat. Kamu pulang ke rumah atau tidak aku tidak peduli. Kamu selingkuh dan judi aku tidak peduli. Tetangga cerita ini itupun tentang kelakuanmu aku tidak peduli. Aku hanya fokus bekerja untuk hidupku sendiri dan anakku....

Dan ini tahun ke delapan kita menikah. Aku berada di titik terendah atas kesabaranku. Aku mulai sudah tidak kuat. Aku mulai roboh aku tak lagi memiliki kekuatan untuk bertahan. Setelah aku berkonsultasi dengan beberapa orang, akhirnya Kulaporkan semua kelakuanmu pada kesatuanmu polri... Kamu kena sidang dsipilin, dan sidang kode etik atas tindakanmu ini... Harapannya hukuman ini dapat merubahmu. Dapat membuka hatimu... Tapi ternyata masih tidak merubahmu.

Endingnya sejak bulan puasa aku balik ke rumah ortu. Agar kamu sadar atas kesalahan yang sudah kamu perbuat. Sepertinya aku akan menyerah mas... Aku akan melepasmu. Setelah delapan tahun aku berusaha bertahan demi rumah tangga kita. Anakmu akan tetap menyayangimu.......

No comments:

Post a Comment