Sebelumnya, mohon maaf kepada para pembaca, kalau pengalaman saya ini tidak nyaman.
Aku lahir di keluarga yang kacau. Orang tua saya uring-uringan.
Saya dari kecil mencukupi kebutuhan sendiri dari beli hp, mainan, laptop, motor, gitar, baju perlengkapan kuliah, dan lain sebagainya, saya cowo.
Baju yang saya miliki bisa diitung, bahkan sampai celana saya bolong2, dan baju saya pun sobek2. Hal ini mempengaruhi kesehatan mental jiwa saya, sehingga saya menjadi pemalu dan gak pede. Padahal teman2 saya bajunya bagus2.
Saat kuliah pun saya hanya mempunyai 3 baju yang kerahnya masing2 sudah sobek. Celana saya sampai tipis, celana dalam saya sampai sobek2, bahkan pernah dibully teman saya dikira gak pakai celana dalam. Hati saya menangis.
Sampai sekarang baju saya bisa dihitung, saya harus sering mencuci baju karena jumlah baju saya sedikit, itulah sebabnya ketika disuruh mengantar kemanapun saya tidak mau, hingga emosi saya meledak saya katakan bahwa saya tidak punya baju.
Malah apa yang terjadi, Ibu saya semakin marah, bahkan kata2nya menjadi semakin menyakitnya. Entah kenapa saya dibedakan dengan adik saya, adik saya cewe sudah menikah, kalau kesini di baik2in, di senyum2in. Bahkan menantunya pun begitu , saya yang anaknya tidak pernah diajak bercanda, bahkan tersenyum tidak pernah.
Wajahnya seperti monster, matanya melotot. sebenarnya aku tidak tega menulis begini. Tapi hati saya terlanjur sakit.
Di rumah, Ibu selalu menuntut apa yang diinginkannya, tanpa memberikan hak kepada anak. Membanding-bandingkan dengan anak orang lain, padahal anak orang lain diberikan fasilitas yang layak, diberikan pupuk kasih sayang, makanan yang cukup, sandang pangan, mereka di support orang tuanya.
Saya yang diberi racun, kekerasan verbal, mulut Ibu saya benar2 tajam, seperti silet, setiap hari melukai hati saya, luka batin ini tak akan pernah hilang seumur hidupku.
Setiap hari saya dibully, disindir2 dengan suara keras, memekakkan telinga, hati saya teriris, pengen nangis tapi saya tidak boleh menampakkan hal tersebut di depannya.
Setiap hari selalu begitu, bahkan kejelekan yang belum tentu ada pada diri saya di sebar2kan ke tetangga, saudara-saudara. Mereka yang belum kenal saya jadi mempunyai persepsi yang buruk tentang diri saya, padahal saya tidak pernah bertemu langsung dengan mereka.
Akibatnya saya jadi canggung, tidak bisa bergaul karena persepsi yang dibentuk oleh orang tua saya ke mereka sudah terlanjur menyebar kemasyarakat dan saudara.
Sayapun mempunyai gangguan makan, saya tidak bisa makan di depan orang, karena di rumah saya terbiasa dibentak ketika makan, sehingga menjadikan trauma pada diri saya, jantung saya berdegub kencang ketika makan, dan mual, nafsu makan saya hilang.
Hal itu membuat saya tidak bisa bersosialisasi. Karena setiap kumpul2 pasti ada acara makan2,, saya mual kalau mendengar kata makan-makan.
Mental saya menjadi lemah, mudah dendam, mudah baper, karena emosi yang tidak pernah saya ungkapkan , saya tidak punya teman, tidak punya siapa-siapa. Saya sebatang kara. saya juga anxiety, mudah panic.
Keluarga kami dijauhi oleh tante-tante dan om kami, kami dimusuhi, saya tidak tahu persis apa yang terjadi. Tapi saya rasa karena sikap Ibu saya lah yang tidak waras.
Pernah nenek saya dulu minggat dari rumah saya , ke rumah tante saya karena ulah Ibu saya yang mulutnya menyakitkan. Kata-katanya tajam.
Saya mau kabur (minggat) dari rumah tapi tidak tahu kemana, saya belum bisa mandiri, masih seperti kekanak-kanakan padahal umur saya 30 th. Bahkan terlintas bunuh diri, tapi saya tahu itu salah dan bertentangan dengan agama yang saya percayai.
Saat ini saya menjalani pekerjaan sebagai tukang ketik, saya mengumpulkan uang untuk bekal kabur dari rumah.
Saya janji tidak akan kembali ke rumah ini lagi, bahkan jikapun orang tua saya meninggal saya tidak akan datang. Saya tidak dendam, saya sudah memaafkan mereka, tapi luka batin ini akan ada seumur hidupku.
Dari kecil saya tidak bisa membawa teman saya main ke rumah, itu juga yang membuat saya tidak mempunyai teman karena ketika mereka ingin ke rumah , saya selalu melarangnya, tidak lain dan tidak bukan adalah karena ibu saya seperti monster, saya tidak bisa membiarkan teman saya disakiti. Ketakutan saya kalau teman saya tiba2 dibentak dan itu memalukan.
Pernah ketika saya main, anak kecil lumrah main sepedaan , main di sungai, main dingdong, teman saya malah dimarahi, sayapun begitu, sehingga teman saya tidak mau lagi mengajak saya bermain.
Setiap apa yang saya lakukan, orang tua saya entah Ibu atau Ayah selalu meremehkan, mereka underestimate terhadap apa yang saya lakukan. padahal sebagai orang tua seharusnya mereka support apa yang menjadi passion saya.
Apa yang saya lakukan selalu salah dimata mereka.
Mereka (Ibu & Ayah) orang tuaku merasa paling benar, padahal jikapun mereka salah sekalipun, saya tidak mempunyai kesempatan untuk ngomong, untuk memberikan penjelasan, selalu bentakan yang ada, bahkan ketika saya mencoba untuk menjelaskan sesuatu nada bentakan Ibu saya semakin tinggi.
Tidak jarang, kepala saya tiba2 di tonyok pakai jari dari belakang. membuat saya kagetan kalau Ibu saya lewat di samping saya.
SAYA tidak mungkin pergi dari rumah tanpa persiapan, saya harus menentukan tujuan yang jelas, tidur dimana, kerja apa, dan yang penting adalah tempat tinggal. Sebenarnya bisa tinggal di kost2an tapi saya rasa tidak ada privasi, karena pekerjaan saya online, lebih banyak di dalam kamar, jadi takutnya ntar dikira aneh2 oleh masyarakat.
Suatu saat saya akan membeli rumah, untuk pergi dari rumah yang seperti neraka ini.
Banyak yang harus saya ceritakan, sampai saya lupa karena terlalu banyak dan seringnya perlakukan kasar Ibu saya setiap hari, kalau saya mengingatnya saya bisa gila. Sehingga beberapa kata2 nya tidak saya ingat. habis masuk kuping kanan keluar lewat kuping kiri. Tapi kadang dada saya terasa sesak. Badan saya juga kurus, karena hal itu.
Saya dari Kota Kudus, kalau ada teman yang senasib, bolehlah menghubungi saya di kotak hubungi kami. Siapa tahu kita bisa share dan hati menjadi lebih plonk, atau kita bisa hidup bersama dan menikah kalau kamu perempuan. Kita membangun hidup baru.
Saya akan menerima siapapun kalian. Kita senasib.
Maafkan saya Ibu & Ayah.
No comments:
Post a Comment