Saat masih remaja, saya pernah depresi. Saya baru mengetahui bahwa apa yang saya alami tersebut adalah depresi saat saya sudah mulai stabil. Sudah beberapa tahun sejak kejadian itu, namun sampai sekarang saya seringkali berhadapan dengan situasi internal diri saya yang saya tidak pahami dan sulit untuk dijelaskan.
Saat bangun tidur saya kerap merasa kosong. Saya ingin marah-marah, tapi saya termasuk tipe orang yang tidak bisa marah secara verbal. Jadi kemarahan tersebut seperti menumpuk di kepala saya. Saya selalu berteriak dalam pikiran saya. Sulit digambarkan, yang pasti rasanya sangat tidak enak.
Untuk menyingkirkan perasaan2 tidak enak tersebut saya selalu tidur, tidak peduli badan sepegal apapun badan sy (karena tidur terlalu bnyk), jika hal itu kembali menyerang saya, saya akan kembali tidur.
Saya menduga-duga bahwa saya mungkin kena depresi lagi, atau yang pernah saya baca distimia. Karena sintomnya mirip, saya masih bisa berfungsi walaupun diliputi perasaan2 sialan seperti ini.
Dilain sisi saya juga menyangkal hal tersebut. Saya merasa asumsi saya diatas hanya merupakan pembenaran dari kelemahan-kelemahan diri saya. Saya menganggap bahwa jika saya kena gangguan jiwa itu merupakan pemaafan atas semua kelemahan2 saya.
Dan saya memilih mempercayai yang kedua. Walaupun saya tahu bahwa depresi itu ganggan di otak, saya tidak punya alasan yang cukup kuat untuk mengalami depresi. Saya merasa semua ini hanya masalah daya tahan saya dalam menyikapi stres yang datang dari luar.
Sy merasa malu, kesal, dan bener2 kecewa dengan diri saya yang lemah. Apa masalah saya? Saya tidak pernah dapat kekerasan, uang selalu cukup, walau tidak bisa dikatakan sehat 100% saya termasuk orang yang jarang sakit, satu-satunya masalah adalah diri saya sendiri.
Saya merasa tidak berdaya, saya takut suatu masalah besar akan menimpa saya dan bajingan seperti saya hanya bisa meringkuk ketakutan. Hal itu yang membuat saya membenci ide-ide tentang masa depan dan menghindari komitmen (saya sudah merencanakan untuk tidak menikah).
Saya memiliki teman-teman, tapi saya selalu merasa kesepian. Saya ingin bercerita, tapi saya takut. Saya terlalu takut mereka tidak bisa memahami perasaan saya dan berkata hal2 yang pada akhirnya membuat saya kecewa. Lihat? Egois sekali bukan saya ini? Menuntut terlalu banyak.
Saya kerap memikirkan bunuh diri, ya, saya juga penasaran bagaimana rasanya mati. Tapi pengecut seperti saya tidak akan bisa melalukannya. Saya pernah mencoba menyilet diri saya dengan pisau cutter, dan kalain tau? Saya bahkan gabisa membuat kulit saya berdarah!
Saya benar-benar tidak tahan dengan diri saya. Saya ingin di install ulang, dan menjadi diri yang baru. Saya pernah berpikir untuk datang ke psikolog tapi saya terlalu malu u/ membuka semua kelemahan2 saya. Saya hanya ingin diresepkan obat.
No comments:
Post a Comment